Jakarta: Memberikan pendidikan karakter kepada anak menjadi fokus pemerintah dalam mewujudkan tujuan sumber daya manusia (SDM) unggul. Pendidikan karakter idealnya mulai diberikan pada anak usia nol hingga enam tahun (golden age).

Menurut Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbud Muhammad Nasbi, pada usia tersebut anak-anak masih mudah dibentuk karakternya.

Saat ini fokus kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait karakter adalah menghasilkan Profil Pelajar Pancasila, yang terdiri atas enam dimensi yaitu berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, Kebhinnekaan global, bernalar kritis, dan kemandirian.

“Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik dan mengajarkan mereka nilai moral, etika, berbudaya baik, dan berakhlak mulia,” ujar Nasbi, pada diskusi Penguatan karakter berbasis komunitas: Mencerdaskan Kehidupan Generasi Milenial.

Pendidikan karakter juga mendorong peserta didik sebagai pembuat keputusan yang baik untuk mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menguatkan karakter peserta didik, orang tua dan guru menjadi elemen penting.

Orang tua berperan besar untuk menanamkan karakter Pelajar Pancasila. Sebab, pendidikan karakter dari lingkungan internal dan terkecil, yaitu keluarga. Hal ini menjadi kunci sukses bagi anak. Setelah itu, dilanjutkan dengan guru sebagai kepanjangan tangan orang tua dalam menanamkan nilai karakter kepada anak.

Keduanya menjadi percontohan teladan bagi peserta didik untuk bisa mengaplikasikan nilai-nilai karakter tersebut. “Pendidikan karakter bersifat continue. Dari rumah ke sekolah dan sebaliknya, dari sekolah ke rumah,” katanya.

Oleh sebabnya, pendidikan karakter tidak memiliki mata pelajaran khusus di sekolah. Sebab, pendidikan karakter bisa diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah.

Dalam menciptakan SDM yang unggul, generasi muda perlu memiliki karakter global agar bisa bersaing. Di samping itu, generasi muda juga wajib tidak melupakan budaya Indonesia yang sudah menjadi fondasi dalam pembangunan karakter.

“Jadi tidak saja cukup menguasai karakter global. Namun juga menguasai beberapa hal, seperti literasi, numerasi, literasi finansial, literasi teknologi dan informasi (TIK), kewarganegaraan, dan tidak kalah penting kemampuan berpikir abad 21 yang kritis,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengatakan, pemberian pendidikan karkater kepada anak memiliki manfaat baik untuk jangka panjang. Apalagi jika lingkungan sekitarnya juga mendukung dalam memberikan pendidikan karakter kepada anak.

“Bisa saya simpulkan ada korelasi antara pendidikan karakter dengan akademik. Terutama dari lima nilai karakter yang disebutkan tadi bisa diajarkan melalui guru dan komunitasnya,” ujar Asep.

Asep mengingatkan akan sangat berbahaya jika anak ditanamkan sifat kebencian sejak kecil. Sebab, hal negatif tersebut akan terus diingat dan terbawa hingga anak tumbuh dewasa.

Sumber
Medcom

The post Usia Ideal Memulai Pendidikan Karakter untuk Anak appeared first on Universitas Al Azhar Indonesia.